Folklor

| Minggu, 10 November 2013

A.  Hakikat Folklor
Folklor adalah pengidonesiaan dari kata Inggris Folklore yang berasal dari dua kata yaitu Folk dan Lore.
Folk sama artinya dengan kolektif (collectivity). Menurut Dunles adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal fisik itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu suatu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Disamping itu bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka. Jadi folk adalah sinonim dari kolektif, yang juga memiliki cirri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.
Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau alat Bantu pengingat.
Definisi folklore secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja , secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat Bantu pengingat,


B. CIRI UTAMA PENGENAL FOLKLORE
          Adapun ciri-ciri utama pengenal folklore sebagai berikut.
1)    Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan.
2)   Folkor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif atau dalam bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi.
3)   Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa folklore mudah mengalami perubahan.
4)   Folklor bersifat anonim, nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.
5)   Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat bisanya selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari”.
6)   Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
7)   Folklor bersifat pralogis, yauti mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri folkor ini berlaku bagi folklore lisan dan sebagain lisan.
8)   Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan Karen penciptanya yang pertama sudah tidak ada sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
9)   Folklor umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga sering terlihat kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proteksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.


C. FUNGSI FOLKLORE
Melalui ciri-ciri tersebut peneliti dapat mengenali tata kelakuan, pandangan hidup, etika pendukungnya.
Menurut Bascom ada beberapa fungsi folklor bagi pendukungnya, yaitu:
1.     sebagai sistem pzoyeksi
2.    sebagai alat pengesahan kebudayaan
3.    sebagai alat pendidikan,
4.    sebagai alat pemaksaan pemberlakuan norma-norma.
Selanjutnya Alan Dundes menambahkan fungsi lain, yaitu
1.     untuk mempertebal perasaan solidaritas kolektif,
2.    sebagai alat pembenaran suatu masyarakat
3.    memberikan arahan kepada masyarakat agar dapat mencela orang lain
4.    sebagai alat memprotes keadilan
5.    sebagai alat yang menyenangkan dan memberi hiburan.
Dari fungsi tersebut berarti folklor dapat memuat aneka ragam fungsi, seperti fungsi kultural, hukum, politik, dan keindahan. Fungsi­-fungsi tersebut tentu saja bisa berubah dan atau berkembang dalam kehidupan pemilik folklor. Untuk menggali fungsi-fungsi ini, peneliti juga dapat memanfaatkan teori analisis fungsionalisme dan atau fungsionalisme struktural.

D. BENTUK-BENTUK FOLKLORE
Folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya:
1.     folkor lisan (verbal folklore),
2.    folklor sebagian lisan (partly verbal folklore),
3.    folklor bukan lisan (non verbal folklore)


1. Folklor Lisan
Folklor lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk pada kelompok ini antara lain :
·         bahasa rakyat bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan;
·         ungkapan tradisional kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti peribahasa, pepatah;
·         pertanyaan tradisional, seperti teka-teki;
·         puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti pantun, gurindam, dan syair;
·         cerita prosa rakyat merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat., seperti mite, legenda, dan dongeng;
·         nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2. Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
·         Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
·         permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa.
·         teater rakyat
·         tari rakyat
·         adat-istiadat
·         upacara adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3. Folklore Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
·         Arsitektur rakyat, merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
·         Kerajinan tangan rakyat. Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
·         Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
·         Obat-obatan tradisional
·         Makanan dan minuman tradisional

CONTOH FOLKLORE DI SUL-SEL
Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih berkisar pada sastra lisan saja. Sastra itu sebagian tersimpan didalam ingatan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus dalam menceritakan sastra tersebut, yang jumlahnya semakin berkurang karena dimakan usia. Sastra sebagian lisan merupakan bagian dari folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara macam kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh-contoh yang disertai dengan gerak, isyarat atau alat pembantu pengingat.
Sastra tidak dapat dilepaskan dari budaya karena sastra merupakan suatu fenomena yang hidup berkembang dalam bermasyarakat. Untuk kebudayaan yang secara universal meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan, dan tekhnologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Dapat dinyatakan bahwa kebudayaan meliputi segala bentuk tingkah laku, karya manusia, pikiran dan cita-citanya yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke generasi lainya.. Penerusan pola dapat diungkapkan dengan berbagai cara atau sistem transformasi budaya yang vertikal yang dapat dilaksanakan melalui sastra sebagian lisan.
Dalam masyarakat yang sedang membangun seperti halnya Indonesia saat ini, berbagai bentuk Sastra Daerah itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kelamaan akan hilang tanpa bekas. Diakui bahwa ada diantara Sastra Daerah itu tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara Sastra Daerah itu banyak mengandung ide-ide yang sangat besar, buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga dan sebagainya. Semuanya itu masih dapat dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa yang tinggi, hebat, agung sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan pengalaman jiwa kepada penikmatnya.

Adapun contoh-contoh Folklore yang ada di Sulawesi Selatan.
1. Folklor Lisan
·        bahasa rakyat
ü  Suku Bugis dan Makassar berbeda bahasa, suku bugis dengan bahasa ugi dan suku makassar dengan bahasa yang disebut bahasa Mangkasara, walaupun bugis dan makassar berbeda bahasa tetapi diamempunyai kesamaan huruf yang dinamakan Aksara Lontara, Lontara sebuah huruf yang sakral bagi masyarakat Bugis dan Makassar.
·        Nyanyia Rakyat
ü Anging mamiri adalah salah satu lagu daerah Makassar yang paling sering di dengar, musiknya yang lembut dan liriknya yang melo membuat para perantau bugis makassar yang mendengarnya akan teringat akan kampung halamannya.
2. Folklor Sebagian Lisan
·        Kepercayaan rakyat (takhayyul)
ü  Orang hamil, dilarang duduk didekat pintu, karena kalau duduk dipintu akan dirong hantu hingga dia bisa jatuh ke tanah.
ü  Orang yang mempunyai tahi lalat (tanda lahir) pada telapak tangan,tidak boleh memukul sembarang,karena dapat menyebabkan orang lain sakit.
ü  dilarang sapu rumah kalau malam hari karena akan mambawa sial, dan smua rejeki yang akan masuk kerumah itu akan keluar.
ü  Bila seorang laki – laki bersama rombongannya hendak melamar kerumah seorang gadis dan dalam perjalanannya tampa sengaja mereka mendapati seekor anak kerbau yang sedang menyusui,sebaikya laki – laki yang hendak melamar mengambil sedikit air susu dari induk kerbau itu,karena menurut orang toraja itu pertanda lamarannya akan diterima dengan baik dan kelak rumah tangga yang akan dibangunnya akan mendapat berkat dan rejeki yang banyak.

·         Permainan rakyat
ü  Sikossi (Congka) adalah sebuah permain rakyat toraja yang menggunakan batu kecil yang di susun dalam gambar yang berupa kotak – kotak yang digambar ditanah.
ü  Mapasilaga (Adu Kerbau) sama dengan aduh kerbau,dimana kegiatan ini dilakukan pada acara rambu solo’ dan pada acara kebesaran lainnya,misalnya hari ulang tahun daerah toraja.
·         Tari rakyat
ü  Tari Pakkarena yang dimana tarian ini sebagai ungkapan ucapan terima kasih kepada bidadari dan sebagai ungkapan rasa syukur akan kemakmuran.
ü  Gandrang bulo adalah tarian tradisional yang diiringi oleh tabuan gendang dan biasa disertai dengan suara tabuan bambu. Kata gandrang bulo sendiri berasal dari dua kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuan atau pulukulan dan “bulo” yang berarti bambu.
·         Adat-istiadat
ü  Ma’pacci adalah suatu rangkaian pernikahan adat bugis-makassar dengan penggunaan simbol dan makna yang syarak akan menjaga keutuhan keluarga dan kasih sayang kehidupan rumah tangga.
3. Folklore Bukan Lisan
·        Badik (Senjata). Badik adalah senjata khas bagi masyarakat Sulawesi Selatan  mempunyai  kedudukan  yang  tinggi. Badik  bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata untuk  berperang, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Badik mempunyai sisi mistik (bertuah) yang dipercayai adat masyarakat makassar sebagai  energi gaib. Dalam kepercayaan adat bugis makassar badik akan terlepas dari sarungnya ketika ada musuh atau siri’ (dipermalukan di injak harga diri) maka jalan yang harus ditempuh adalah jalan darah.
·         Tongkonan adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dimana kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atapnya rumah tongkonan dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup dengan buritan.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲