A. Hakikat Folklor
Folklor
adalah pengidonesiaan dari kata Inggris Folklore
yang berasal dari dua kata yaitu
Folk dan Lore.
Folk sama artinya dengan kolektif (collectivity). Menurut Dunles
adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan
kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal
fisik itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang
sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama,
dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi bahwa mereka telah memiliki
suatu tradisi, yaitu suatu kebudayaan yang telah mereka warisi secara
turun-temurun sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik
bersama. Disamping itu bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka. Jadi folk adalah sinonim dari kolektif, yang juga
memiliki cirri-ciri pengenal
fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai
kesatuan masyarakat.
Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan
secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak
isyarat atau alat Bantu pengingat.
Definisi
folklore secara
keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja , secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat Bantu pengingat,
B. CIRI UTAMA PENGENAL
FOLKLORE
Adapun
ciri-ciri utama pengenal folklore sebagai berikut.
1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya
dilakukan secara lisan.
2) Folkor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif
atau dalam bentuk standar dalam waktu yang lama minimal dua generasi.
3) Folklor ada
dalam versi-versi
bahkan varian-varian
yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut
(lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa
folklore mudah mengalami perubahan.
4) Folklor bersifat anonim, nama penciptanya sudah
tidak diketahui lagi.
5) Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat
bisanya selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari”.
6) Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan
bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya sebagai alat pendidik, pelipur
lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
7) Folklor bersifat pralogis, yauti mempunyai
logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum. Ciri folkor ini berlaku bagi folklore lisan dan sebagain lisan.
8) Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini
disebabkan Karen penciptanya yang pertama sudah tidak ada sehingga setiap
anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
9) Folklor umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga sering terlihat
kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak
folklor merupakan proteksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
C. FUNGSI FOLKLORE
Melalui
ciri-ciri tersebut peneliti dapat mengenali tata kelakuan, pandangan hidup,
etika pendukungnya.
Menurut
Bascom ada beberapa fungsi folklor bagi pendukungnya, yaitu:
1. sebagai sistem pzoyeksi
2. sebagai alat pengesahan kebudayaan
3. sebagai alat pendidikan,
4.
sebagai
alat pemaksaan pemberlakuan norma-norma.
Selanjutnya
Alan Dundes menambahkan fungsi lain,
yaitu
1.
untuk
mempertebal perasaan
solidaritas kolektif,
2.
sebagai
alat pembenaran suatu masyarakat
3.
memberikan
arahan kepada masyarakat agar dapat mencela orang lain
4.
sebagai
alat memprotes keadilan
5. sebagai alat yang menyenangkan dan memberi
hiburan.
Dari
fungsi tersebut berarti folklor dapat memuat aneka ragam fungsi, seperti fungsi kultural, hukum, politik, dan
keindahan. Fungsi-fungsi
tersebut tentu saja bisa berubah dan atau berkembang dalam kehidupan pemilik
folklor. Untuk menggali fungsi-fungsi ini, peneliti juga dapat memanfaatkan
teori analisis fungsionalisme dan atau fungsionalisme struktural.
D. BENTUK-BENTUK FOLKLORE
Folklor
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya:
1. folkor lisan (verbal folklore),
2.
folklor
sebagian lisan (partly verbal folklore),
3. folklor bukan lisan (non verbal folklore)
1. Folklor Lisan
Folklor
lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk pada
kelompok ini antara lain :
·
bahasa
rakyat bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam
suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam
hidup sehari-hari. Seperti
logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan;
·
ungkapan
tradisional kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang.
Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti peribahasa, pepatah;
·
pertanyaan
tradisional, seperti teka-teki;
·
puisi
rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu.
Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu
permainan, mengganggu orang lain. Seperti
pantun, gurindam, dan syair;
·
cerita
prosa rakyat merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari
mulut ke mulut) di dalam masyarakat., seperti mite, legenda, dan dongeng;
·
nyanyian
rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan
melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu
mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran
hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari
berbagai daerah.
2. Folklor Sebagian Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor
ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian
lisan, adalah:
·
Kepercayaan
rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika
karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan
dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
·
permainan
rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan
orang dewasa.
·
teater
rakyat
·
tari
rakyat
·
adat-istiadat
·
upacara adat yang berkembang di masyarakat didasarkan
oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara
adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada
kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan
kepada mereka.
3. Folklore Bukan Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara
lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam
folklor bukan lisan:
·
Arsitektur
rakyat, merupakan sebuah seni
atau ilmu merancang bangunan.
·
Kerajinan
tangan rakyat. Awalnya
dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah
tangga.
·
Pakaian/perhiasan
tradisional yang khas dari masing-masing daerah
·
Obat-obatan
tradisional
·
Makanan dan minuman tradisional
CONTOH FOLKLORE DI SUL-SEL
Sastra
daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
berkisar pada sastra lisan saja. Sastra itu sebagian tersimpan didalam ingatan
orang-orang yang mempunyai keahlian khusus dalam menceritakan sastra tersebut,
yang jumlahnya semakin berkurang karena dimakan usia. Sastra sebagian lisan
merupakan bagian dari folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu
kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara macam kolektif apa
saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh-contoh yang disertai dengan gerak, isyarat atau alat pembantu
pengingat.
Sastra tidak dapat dilepaskan dari budaya karena
sastra merupakan suatu fenomena yang hidup berkembang dalam bermasyarakat.
Untuk kebudayaan yang secara universal meliputi: bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan, dan tekhnologi, sistem mata pencaharian
hidup, sistem religi, dan kesenian.
Dapat
dinyatakan bahwa kebudayaan meliputi segala bentuk tingkah laku, karya manusia,
pikiran dan cita-citanya yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke
generasi lainya.. Penerusan pola dapat diungkapkan dengan berbagai cara atau
sistem transformasi budaya yang vertikal yang dapat dilaksanakan melalui sastra
sebagian lisan.
Dalam masyarakat yang
sedang membangun seperti halnya Indonesia saat ini, berbagai bentuk Sastra
Daerah itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kelamaan akan hilang
tanpa bekas. Diakui bahwa ada diantara Sastra Daerah itu tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara
Sastra Daerah itu banyak mengandung ide-ide yang sangat besar, buah pikiran
yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga dan sebagainya. Semuanya itu masih
dapat dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya
sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa yang tinggi, hebat,
agung sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan pengalaman jiwa kepada
penikmatnya.
Adapun contoh-contoh Folklore yang ada di Sulawesi
Selatan.
1. Folklor
Lisan
·
bahasa rakyat
ü Suku Bugis dan Makassar berbeda
bahasa, suku bugis dengan bahasa ‘ugi dan suku makassar dengan
bahasa yang disebut bahasa Mangkasara’, walaupun bugis dan makassar
berbeda bahasa tetapi diamempunyai kesamaan huruf yang dinamakan Aksara Lontara, Lontara sebuah huruf
yang sakral bagi masyarakat Bugis dan Makassar.
·
Nyanyia Rakyat
ü Anging mamiri adalah salah satu
lagu daerah Makassar yang paling sering di dengar, musiknya yang lembut dan
liriknya yang melo membuat para perantau bugis makassar yang mendengarnya akan
teringat akan kampung halamannya.
2. Folklor Sebagian Lisan
·
Kepercayaan rakyat (takhayyul)
ü
Orang hamil, dilarang duduk didekat pintu, karena kalau duduk dipintu akan
dirong hantu hingga dia bisa jatuh ke tanah.
ü
Orang yang mempunyai tahi lalat (tanda
lahir) pada telapak tangan,tidak boleh memukul sembarang,karena dapat
menyebabkan orang lain sakit.
ü
dilarang sapu rumah kalau malam hari
karena akan mambawa sial, dan
smua rejeki yang akan masuk kerumah itu akan keluar.
ü Bila
seorang laki – laki bersama rombongannya hendak melamar kerumah seorang gadis
dan dalam perjalanannya tampa sengaja mereka mendapati seekor anak kerbau yang
sedang menyusui,sebaikya laki – laki yang hendak melamar mengambil sedikit air
susu dari induk kerbau itu,karena menurut orang toraja itu pertanda lamarannya
akan diterima dengan baik dan kelak rumah tangga yang akan dibangunnya akan
mendapat berkat dan rejeki yang banyak.
·
Permainan rakyat
ü Sikossi (Congka) adalah
sebuah permain rakyat toraja yang menggunakan batu kecil yang di susun dalam
gambar yang berupa kotak – kotak yang digambar ditanah.
ü Mapasilaga
(Adu Kerbau) sama dengan aduh kerbau,dimana kegiatan
ini dilakukan pada acara rambu solo’ dan pada acara kebesaran lainnya,misalnya
hari ulang tahun daerah toraja.
·
Tari
rakyat
ü
Tari Pakkarena yang dimana tarian ini sebagai ungkapan
ucapan terima kasih kepada bidadari dan sebagai ungkapan rasa syukur akan
kemakmuran.
ü
Gandrang
bulo adalah tarian tradisional yang diiringi oleh tabuan gendang dan biasa
disertai dengan suara tabuan bambu. Kata gandrang bulo sendiri berasal dari dua
kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuan atau pulukulan dan
“bulo” yang berarti bambu.
·
Adat-istiadat
ü
Ma’pacci adalah suatu rangkaian pernikahan adat bugis-makassar
dengan penggunaan simbol dan makna yang syarak akan menjaga keutuhan keluarga
dan kasih sayang kehidupan rumah tangga.
3. Folklore Bukan Lisan
·
Badik (Senjata). Badik adalah senjata khas bagi masyarakat Sulawesi
Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi. Badik
bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata untuk berperang, melainkan juga
melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Badik mempunyai sisi mistik
(bertuah) yang dipercayai adat masyarakat makassar sebagai energi gaib. Dalam
kepercayaan adat bugis makassar badik akan terlepas dari sarungnya ketika ada musuh atau
siri’ (dipermalukan di injak harga diri) maka jalan yang harus ditempuh adalah jalan
darah.
·
Tongkonan
adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dimana kolong di bawah
rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atapnya rumah tongkonan dilapisi
ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup dengan
buritan.
0 komentar:
Posting Komentar