BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengertian
Donor darah menurut Wikipedia adalah suatu kegiatan pemberian atau
sumbangan darah yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan sukarela
kepada siapa saja yang membutuhkan transfusi darah. Pada prosesnya, tim
kesehatan yang berwenang mengambil darah dari si pendonor darah lalu
didistribusikan kepada orang yang membutuhkan. Namun, kebanyakan yang sering
terjadi, darah tersebut disimpan terlebih dahulu di tempat yang lazim di sebut
bank darah sebagai persediaan.
Kegiatan donor
darah di Indonesia seringkali dilakukan dan dikelola oleh PMI. Namun, di
luar itu ada beberapa komunitas donator darah yang berdiri secara sukarela dan
semata-mata berangkat dari panggilan jiwa.
Saat ini di berbagai penjuru
provinsi di Indonesia pasti ada sesuatu yang disebut transfusi darah. Transfusi
darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang
sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen
darah. Biasanya hal ini sering dilakukan di kalangan remaja sampai kalangan
dewasa.
Di Indonesia seharusnya mempunyai
stok darah 4,5 juta sampai 4,8 juta kantong darah per tahun, sedangkan PMI baru
bisa mencukupi sekitar 2 juta kantong darah, yang 64 persenya diolah menjadi
komponen darah sebanyak 3 juta komponen darah yang mampu memenuhi 70 persen
dari kebutuhan darah penduduk Indonesia di 520 Kota/Kabupaten. Hal yang
menyebabkan kurangnya persedian darah di Indonesia adalah kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya mendonorkan darah dan hal ini menyebabkan
kurangnya persediaan darah di Indonesia.
PMI terus melakukan berbagai upaya
untuk selalu meningkatkan kualitas darah sesuai standarisasi dan ketetapan WHO
mengenai pemeriksaan dan uji saring darah atas 4 (empat) parameter penyakit
yaitu Syphilis, Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV & AIDS.
Dan dari hari
ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik
akibat seks bebas maupun akibat penyalahgunaan Napza khususnya Napza suntik.
Dengan semakin banyaknya pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka
akan semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat
menjalani kehidupan sehari-hari dapat lebih baik.
Lebih dari 60 juta orang dalam 20
tahun terakhir terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dari jumlah itu,
20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Tahun 2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan,
jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) 40 juta,
Untuk mengetahui penyakit akibat
AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu lama sekali. Tahun 1926, beberapa
ilmuwan menganggap, HIV menyebar dari monyet ke manusia sekitar tahun
1926-1946. HIV merupakan bagian dari kelompok virus yang disebut Lentivirus
yang banyak ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui
sebagai virus monyet yang dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus
(SIV).
Februari 1999, peneliti dari
University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti jaringan yang dibekukan
dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV yang nyaris sama dengan
HIV-1. Simpanse itu berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut pan
troglodyte yang terdapat di Afrika Tengah Barat.
Tahun 1982, para ilmuwan menemukan
sindrom yang dikenal sebagai GayRelated Immune Deficiency (GRID), yakni
penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay. Dari situ mulai
jelas bahwa penurunan daya tahan tubuh disebabkan unsur yang menular,
kemungkinan virus yang menyebar melalui darah. GRID juga mempengaruhi wanita
dan pria pengguna narkotika yang heteroseksual
Tahun 1983, dokter di Institut
Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus itu terkait dengan
limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
Tahun 1984, Pemerintah AS
mengumumkan bahwa Dr Robert Gallo dari National Cancer Institute (NCI)
memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama HTLV 111. Tahun 1986, suatu
panitia internasional menyatakan bahwa virus LAV dan HTLV-III adalah sama
sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.
Penyebaran HIV Di Indonesia, kasus
AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun
asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu
disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV
positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001,
dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal.
Ada beberapa faktor yang mendukung
penyebaran HIV/AIDS, antara lain perjalanan intemasional, industri darah, dan
penyebarluasan pemakaian narkotika.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini, ialah sebagai berikut:
- Apa pengertian donor darah dan HIV/AIDS?
- Bagaimana sejarah terjadinya donor darah dan asal muasal HIV/AIDS?
- Apa saja syarat yang terdapat dalam donor darah?
- Apa saja langkah-langkah dalam melakukan donor darah?
- Apa saja manfaat yang didapat jika kita melakukan donor darah?
- Apa tujuan melakukan donor darah?
- Bagaimana proses penularan HIV/AIDS?
- Apa saja yang tidak menularkan HIV/AIDS
- Apa saja gejala yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS?
- Bagaimana alur HIV/AIDS dapat menyerang sistem kekebalan tubuh?
- Apa misteri pendemi HIV/AIDS di dunia?
- Bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS?
- Bagaimana pengobatan HIV/AIDS?
C. Tujuan
Makalah ini
tidak dibuat saja melainkan ada tujuan dan maksud. Tujuan itu adalah sebagai
berikut.
- Meningkatkan peran PMR dalam mensosialisasikan donor darah
- Untuk menyebarkan manfaat donor darah
- Agar pembaca dapat mengetahui bahwa HIV/AIDS itu berbahaya
- Untuk memberitahukan bagaimana cara menghadapi HIV/AIDS
D. Manfaat
Makalah ini
juga memiliki manfaat, yaitu
- Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mensosialisasikan manfaat donor darah dan bahayanya HIV/AIDS bagi siapa saja kepada pembaca
- Menyiapkan remaja untuk siap mendonorkan darahnya pada saatnya nanti.
- Mengajarkan
pembaca dengan secara tidak langsung tentang bagaimana cara pencegahan dan
pengobatan HIV/AIDS
BAB II
Donor Darah Dan HIV/AIDS
A.
Donor Darah
Donor darah adalah proses
pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank
darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah. Transfusi Darah
adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit
(respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen
darah.
World Health Organization (WHO) menetapkan jumlah persediaan
darah yang ideal di suatu negara adalah minimal 2 persen dari jumlah penduduk.
Indonesia sebagai negara berkembang dan mempunyai jumlah penduduk hampir
mencapai sekitar 240 juta, idealnya harus bisa mempunyai stok darah sebanyak
4,5 juta sampai 4,8 juta kantong darah.
Hingga akhir tahun 2010, Palang Merah
Indonesia (PMI)
sebagai organisasi yang melakukan pelayanan darah, sesuai dengan UU No. 18
Tahun 1980, masih melakukan upaya mencapai standar yang ditetapkan oleh WHO.
Hingga akhir tahun 2010, jumlah stok
darah yang berhasil dikumpulkan PMI belum mencapai standar yang ditetapkan oleh
WHO, PMI baru bisa mencukupi sekitar 2 juta kantong darah, yang 64 persen-nya
diolah menjadi komponen darah sebanyak 3 juta komponen darah yang mampu
memenuhi 70 persen dari kebutuhan darah penduduk Indonesia di 520 Kota/
Kabupaten
Donor darah biasa dilakukan rutin di
pusat donor darah lokal. Dan setiap beberapa waktu, akan dilakukan acara donor
darh di tempat-tempat keramaian, misalnya di pusat perbelanjaan, kantor
perusahaan besar, tempat ibadah serta sekolah dan universitas. Pada acara ini,
para calon pendonor dapat menyempatkan datang dan menyumbang tanpa harus pergi
jauh atau dengan perjanjian. Selain itu sebuah mobil darah juga dapat
digunakan untuk dijadikan tempat menyumbang. Biasanya bank darah memiliki
banyak mobil darah.
Sejarah Tranfusi Darah
a.1. Transfusi Darah pada
Hewan
Richard Lower
(1631-1691) adalah orang pertama yang melakukan transfusi darah pada hewan
yaitu pada seekor anjing dengan menggunakan jarum suntik yang terbuat dari bulu
angsa yang dirancang oleh Christopher Wren, dia menghubungkan vena jugularis
seekor anjing ke arteri pada leher anjing lainnya.
a.2. Transfusi Darah dari
Hewan ke manusia
Tanggal 22 November 1666 Richard
Lower bersama Dr.
Edmund King melakukan transfusi kepada Arthur Coga dengan menggunakan pipa yang
membawa darah dari arteri karotis seekor domba ke vena resipien. Dr. Jean
Baptiste Denys (1640-1704) melakukan hal serupa dengan mentransfusikan darah
domba ke seorang laki-laki 15 tahun yang menderita demam tanpa menimbulkan efek
negatif pada pasien. Denis melakukan hal yang sama pada beberapa pasien lainnya
sampai tragedi meninggalnya Antoine Mauroy.
a.3. Transfusi Darah dari Manusia ke Manusia
Transfusi darah dari manusia ke
manusia pertama kali dilakukan oleh James Blundell (1790-1877) seorang ahli
kebidanan. Ia kemudian mendapat gelar “the father of modern blood
transfusion” Antara
1818 sampai 1829 ia melakukan sepuluh transfusi dengan darah manusia, akan
tetapi tidak lebih dari empat yang sukses, bahkan dua orang diantaranya
meninggal ketika dilakukan transfusi. Transfusi pertama yang sukses dilakukan
adalah kepada seorang wanita yang mengalami perdarahan post partum berat dan
kemudian diberikan delapan ons darah asistennya. Dikarenakan angka kegagalan
transfusi yang tinggi banyak orang menganggap prosedur ini berbahaya.
Penemuan golongan darah ABO oleh
Karl Landsteiner (1868-1943) seorang ilmuan Austria pada tahun 1901 di Vienna
memberikan jawaban atas reaksi transfusi yang terjadi sebelumnya.
Landsteiner menemukan golongan darah
ABO dengan mencampurkan sel darah merah dan serum tiap stafnya, dari
eksperimennya diidentifikasi 3 golongan yang disebut golongan A, B dan C (yang
kemudian diganti nama menjadi golongan O). Golongan darah AB ditemukan setahun
kemudian oleh Alfred von Decastello dan Adriano Struli.
Ludwig Hektoen di Chicago pertama
kali merekomendasikan pemeriksaan golongan darah antara donor dan resipien
untuk mengetahui ketidakcocokan golongan darah sebelum transfusi. Dr. Reuben
Ottenberg (1882-1959) di Mount Sinai Hospital New York melakukan uji cocok
serasi (crossmatching) untuk transfusi dan pertama kali meyakinkan bahwa
pewarisan golongan darah sesuai hukum Mendel.
a.4. Transfusi Darah Selama Perang Dunia
Saat perang dunia pertama dan kedua
ilmuan berfikir untuk melakukan penyimpanan darah. Peneliti Albert Hustin dari
Brussel dan Luis Agote menemukan penambahan citrat ke dalam darah untuk
mencegah pembekuan darah pada tahun 1914. Setahun kemudian Richard Lewisohn
(1875-1961) menentukan rumus konsentrasi optimum dari natrium sitrat pada darah
donor dan Richard Weil menemukan bahwa darah citrat dapat disimpan pada
pendingin selama beberapa hari. Tahun 1916 Francis Peyton Rous dan J.R. Turner
menambahkan glukosa sebagai energi untuk sel darah merah selama disimpan.
Donor darah sukarela pertama kali
dilakukan tahun 1922 oleh Percy Lane Oliver (1878-1944), ia merekrut para
sukarelawan yang setuju untuk mendonorkan darahnya, dilakukan skrining penyakit
dan pemeriksaan golongan darah. Selama perang dunia I seorang dokter bedah
Canada, dr. Norman Bethune, mendirikan pelayanan transfusi darah dengan
menyimpan darah dalam botol yang merupakan cikal bakal terbentuknya bank darah.
Bernadus Fantus (1874-1940) mendirikan bank darah pertama di Amerika Serikat
pada tahun 1937.
Tahun 1940 Dr. Philip Levine (1900-1987) bersama
Karl Lansteiner dan Alexander Weiner (1907-1976) menemukan golongan darah Rh
yang berhubungan dengan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir oleh karena
antibodi ibu. Tahun 1943 John Loutit dan Patrick Mollison menggunakan
acid-citrate-dextrose (ACD) sebagai antikoagulan untuk penyimpanan darah
yang dapat meningkatkan masa simpan darah selama 21 hari. Tahun 1945
seorang Profesor Inggris Robin Coombs (1921-2006) menemukan tes antiglobulin
yang saat ini dikenal sebagai “Coombs test”.
a.5. Transfusi Darah Pada Masa Kini
Enam puluh tahun terakhir terjadi
perkembangan pada bidang transfusi darah. Pada awal abad ke 20 darah disimpan
dalam botol gelas yang digunakan kembali (reuseable), banyak reaksi
akibat kontaminasi bakteri maupun kejadian emboli udara pada transfusi. Pada
tahun 1949 penggunaan kantong darah dari plastik sekali pakai (disposible)
dikenalkan oleh Palang Merah Amerika. Penggunaan antikoagulan Citrate Phosphate
Dextrose (CPD) dapat meningkatkan masa simpan darah selama 28 hari. CPDA-1
(Citrate Phosphate Dextrose Adenine) yang dikembangkan tahun 1979 dapat
meningkatkan masa simpan darah selama 35 hari dan CPDA-2 pada tahun 1980-an
sampai 42 hari.
Dr. Judith Graham Pool (1919-1975)
menemukan cryoprecipitasi tahun 1965, dengan proses ini dapat diperoleh faktor pembekuan
(khususnya faktor VIII) yang dapat diberikan untuk pasien hemofilia.
Tahun 1969 S. Murphy dan F. Gardner
menunjukkan penerapan penyimpanan trombosit pada termperatur ruang. Tahun 1971 Dr. Baruch Blumberg mengidentifikasi
substansi Hepatitis B dan pemeriksaan terhadap Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
pada darah donor mulai dilakukan.
Tahun 1981 ditemukan kumpulan gejala
yang disebut GRID (Gay-related Immunodeficiency Disease) karena
ditemukan pada kaum gay pria, gejala ini kemudian dinamakan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). Tahun 1983 Dr. Luc Montagnier (1932-sekarang)
mengisolasi virus penyebab AIDS yang kemudian oleh dr. Robert Gallo pada tahun
1984 disebut sebagai HTLV-III (Human T-cell Lymphotropic Virus). Setelah
terjadinya infeksi AIDS dari transfusi darah, tahun 1985 dilakukan pemeriksaan
antibodi HIV pada darah donor.
Tahun 1990 ditemukan tes spesifik
untuk hepatitis C sebagai penyebab hepatitis non A, non B. Tahun 1987–2008
serial tes berkembang dalam skrining darah donor dari penyakit-penyakit
infeksi. Untuk mendeteksi hepatitis B digunakan tes HBsAg, untuk deteksi
hepatitis C digunakan tes Anti-HCV, untuk mendeteksi sifilis dengan VDRL atau
TPHA dan untuk mendeteksi HIV dengan tes Elisa untuk mengetahui adanya
Anti-HIV1 atau Anti-HIV2 atau dengan mendeteksi antigen HIV p24. Saat ini dapat
dilakukan pemeriksaan NAT (Nucleic Acid Amplification Testing) yang
dapat secara langsung mendeteksi material genetik dari virus seperti HCV dan
HIV.
Untuk menekankan pentingnya
persedian darah hasil sumbangan, Palang Merah Australia menyampaikan
menyampaikan bahwa “80% orang Australia akan membutuhkan transfusi darah suatu
saat pada hidup mereka, tetapi hanya 3% yang menyumbang darah setiap tahun”.
Menurut Blood National Data Resource
Center, lembaga US mengumpulkan lebih dari 15 juta unit darah utuh dan sel
darah merah pada tahun 2001, tahun terakhir di mana data tersedia. Pusat darah
dikumpulkan 93% dari unit disumbangkan, sementara rumah sakit dikumpulkan 7%.
Sumbangan ini dibuat oleh sekitar delapan juta donor darah sukarela. Palang
Merah Amerika mengumpulkan hampir setengah dari sumbangan seluruh AS. Menurut
Palang Merah di Amerika Serikat, 97% orang kenal orang lain yang pernah
membutuhkan tranfusi darah. Dan menurut survey di Kanada, 52% orang Kanada
pernah mendapatkan transfuse darah atau kenal orang yang pernah.
Menurut data terbaru dari Blood
National Data Resource Center, rumah sakit AS ditransfusikan hampir 14 juta
unit seluruh darah dan sel darah merah menjadi 4,9 juta pasien pada tahun 2001
- yang rata-rata 38.000 unit darah yang dibutuhkan pada setiap hari tertentu.
Darah keseluruhan dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen sel darah merah,
plasma, trombosit, dan kriopresipitat. Jumlah total unit dari semua komponen
ditransfusikan pada tahun 2001 adalah 29 juta. Dan volume darah yang
ditransfusikan meningkat pada tingkat 6% per tahun. Dalam kondisi darurat
seperti perang atau bencana, kebutuhan darah bisa berubah.
1. Syarat Donor Darah
Saat ingin mendonorkan darah, ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh si pendonor.
Untuk
menjadi pendonor darah diperlukan beberapa persyaratan. PMI menetapkan hal-hal
di bawah ini sebagai syarat donor darah:
·
Calon
donor harus berusia 17-60 tahun
·
Sehat jasmani dan rohani
·
Berat
badan minimal 45 kg
·
Kadar hemoglobin 12,5 g/dl
·
Tekanan
darah 100-180 (sistole) dan 60-80 (diastole)
·
Tidak menderita penyakit berisiko
tinggi
·
Bukan wanita hamil atau sedang menyusui
Untuk menjaga kesehatan dan keamanan
darah, calon donor tidak boleh dalam kondisi atau menderita sakit seperti
alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus,epilepsi, atau kelompok
masyarakat risiko tinggi mendapat AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau
influenza, baru saja dicabut giginya kurang dari 3 hari, pernah menerima
tranfusi kurang dari 1 tahun, dan hamil, atau sedang menyusui.
2. Langkah-langkah Donor Darah
Untuk dapat mendonorkan darah, ada
langkah-langkah yang harus dilewati agar calon pendonor dapat mendonorkan
darahnya dengan sesuai dan benar. Langkah tersebut sebagai berikut,
·
Calon donor datang ke UTD (Unit
Transfusi Darah) PMI.
·
Calon donor mengisi formulir donor darah
yang berisi identitas dan riwayat kesehatan.
·
Petugas memeriksa kesehatan calon donor
sesuai syarat yang telah ditentukan.
·
Asisten Transfusi Darah (ATD) yang
terampil dan berpengalaman akan mengambil darah calon
donor sehingga pengambilan darah dapat berlangsung dengan cepat (±10 menit) dan aman
·
Calon donor mendapatkan kartu tanda
anggota donor darah. Kartu ini sebagai bukti bahwa pemilik telah mendonorkan darahnya.
3. Manfaat donor darah
Donor darah bukan hanya mendonorkan
darah atau menyumbangkan darah saja kepada yang membutuhkan tapi donor darah
juga memiliki manfaat baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Manfaat
donor darah adalah sebagai berikut,
·
Mengetahui
golongan darah tanpa dipungut biaya
·
Pemeriksaan
kesehatan teratur (tiap kali menjadi donor/tiap 3 bulan sekali) meliputi :
tekanan darah, nadi, suhu, tinggi badan, berat badan, hemoglobin, penyakit
dalam, penyakit hepatitis A dan C, penyakit HIV/AIDS.
·
Mengurangi
kelebihan zat besi dalam tubuh
·
Menurunkan
resiko penyakit jantung (jantung koroner dan stroke (British Journal Heart)
·
Menambah
nafsu makan
·
Menanamkan
jiwa social
·
Sekali
menjadi Donor dapat menolong/menyelamatkan 3 orang pasien yang berbeda
·
Menyelamatkan
jiwa seseorang secara langsung
·
Meningkatkan produksi sel darah merah
·
Membantu penurunan berat tubuh
·
Mendapatkan kesehatan psikologis
4. Tujuan
donor darah
Donor darah bukan hanya sekedar menyumbangkan
darah kepada seseorang yang membutuhkan. Donor darah memeliki tujuan tertentu.
Tujuan tersebut sebagai berikut
·
Memelihara
dan mempertahankan kesehatan donor.
·
Memelihara
keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
·
Memelihara
dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah).
·
Mengganti
kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
·
Meningkatkan
oksigenasi jaringan.
·
Memperbaiki
fungsi Hemostatis.
·
Tindakan
terapi kasus tertentu.
5. Peran PMR Wira
Sebagai relawan PMI, seyogyanya PMR juga berperan dalam
Donor Darah Sukarela sesuai dengan keampuannya. Peran PMR wira dalam Donor darah sukarela antara
lain :
·
Jika
telah memenuhi syarat, bersedia untuk menjadi DDS
·
Dapat
mengajak teman-teman, guru dan keluarga yang memenuhi syarat untuk ikut
melakukan DDS
·
Melakukan
kampanye bersama teman-teman mengenai kegiatan donor darah
·
Membuat
souvenir dan pernak-pernik yang berhubungan dengan DDS untudiberikan kepada
pendonor atau resipien.
B. HIV & AIDS
Human
Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah nama untuk virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Di
dalam tubuh manusia virus ini terus bertambah banyak hingga menyebabkan sistem
kekebalan tubuh tidak sanggup lagi melawan virus yang masuk.
Acquired
Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus HIV secara
perlahan menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit yang
tadinya tidak berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
Situasi AIDS Di Indonesia
Penyakit AIDS banyak ditemukan
diluar negeri, tetapi karena hubungan dengan bangsa menjadi semakin erat, maka
penularannya harus tetap diwaspadai. Banyak orang asing datang ke indonesia dan
banyak pula orang indonesia pergi keluar negeri untuk berbagai keperluan. Hal
itu membuka kemungkinan terjadinya penularan AIDS.
Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai
akhir 1996, terdapat 449 kasus dengan 341 HIV dan 108 AIDS, terdapat di 16
propensi di Indonesia. Wanita yang terkena sebanyak 122 orang, WNI sebanyak 304
orang, Heteroseksual 276 orang, homoseks dan biseks 84 orang, drag user 4
orang, perinatal 1 dan 80 tidak diketahui cara tranmisinya. Menurut golongan
umur, diindonesia ternyata yang paling banyak terserang AIDS adalah usia 20-29
tahun yaitu 120 orang, bayi yang berumur kurang dario 1 tahun dan 50 orang
belum diketahui umurnya.
Dari 108 AIDS yang terbesar di 10
propinsi dan yang meninggal 66 orang, DKI Jakarta terbanyak dengan 57 AIDS dan
35 sudah meninggal.
Dari tahun ke tahun kasus HIV maupun
kasus AIDS di Indonesia semakin bertambah jumlahnya, bahkan hingga September
2009 saja telah menembus angka 18.442 kasus di 300 kabupaten atau kota dan 32
provinsi di Indonesia [data dari P2PL].
Rate kasus Aids secara nasional
sampai dengan 30 September adalah per 8,15 per 100 ribu penduduk (dengan
berdasarkan data BPS penduduk Indonesia sebesar 227.132.350 jiwa) dengan ODHA
yang meninggal tercatat 20,1 persen.
Kasus Aids tertinggi terdapat di
provinsi Papua (17,9 kali angka nasional), Bali (5,3 kali angka nasional), DKI
Jakarta (3,8 kali angka nasional), Kep. Riau (3,4 kali angka nasional), Kalimantan
Barat (2,2 kali angka nasional), Maluku (1,8 kali angka nasional), Papua Barat
(1,3 kali angka nasional), Kep. Bangka Belitung (1,4 kali angka nasional), Riau
(1,0 kali angka nasional), DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara (1,0 kali angka
nasional) DI Yogyarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Utara (1,0 kali
angka nasional) [data dari BPS dan P2PL].
Penularan AIDS di Indonesia
dikarenakan
- Meluasnya pelacuran
- Peningkatan hubungan seks pra nikah (sebelum menikah) dan ekstra marital (di luar nikah seperti melalui pelacuran)
- Prevalensi penyakit menular seksual yang tinggi
- Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
1. Asal Muasal HIV/AIDS
AIDS pertama kali dilaporkan pada
tanggal 5 juni 1981, ketikaCenter for disease Control Prevention A.S mencatat
adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP
tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumosystis Jirovecii) pada lima
laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Tiga dari
infeksi HIV awal yang diketahui adalah:
- Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di Kinshasa, kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Congo.
- HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Robert. R, seorang remaja Afrika-Amerika berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.
- HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang meninggal sekitar tahun 1976.
Dua spesies HIV menginfeksi manusia:
HIV 1 dan HIV2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh.
HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit
dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat, Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal
dari Primata. Asal HIV-1 berasal dari Simpanse Pan troglodytes troglodytes
yang ditemukan di Kameroen selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Manggabey (Cercocebus
atys), monyet dari Guineau Bissau, Gabon, dan Kameron.
Banyak ahli percaya bahwa HIV masuk
kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama
berburu atau pemotongan daging.Teori yang lebih kontroversial yang diketahui
dengan nama Hipotesis OPV-AIDS mengusulkan bahwa epidemik AIDS dimulai pada
akhir tahun 1950-an di Kongo, Belgia oleh penelitian Hillary Koprovsky terhadap
Vaksin Polio. Menurut komunitas ilmu pengetahuan, skenario ini tidak didukung
oleh bukti yang ada.
Teori lain
menyatakan Virus HIV AIDS sebenarnya bukan berasal dari simpanse, tetapi
ciptaan para ilmuwan yang kemudian diselewengkan melalui rekayasa tertentu
untuk memusnahkan etnis tertentu. (Jerry D. Gray, Dosa-dosa Media Amerika – Mengungkap Fakta
Tersembunyi Kejahatan Media Barat, Ufuk Press 2006 h. 192).
Tulisan Allan Cantwell Jr.MD
ini mengungkapakan rahasia asal-usul AIDS dan HIV, juga bagaimana ilmuwan
menghasilkan penyakit yang paling menakutkan kemudian menutup-nutupinya.
“Teori” Monyet Hijau
1. Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS
adalah ciptaan manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990,
tiga puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya
bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium untuk
menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang bahkan menganggap
teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya dibandingkan teori monyet hijau
Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para
peneliti telah membuktikan bahwa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun
kebanyakan edukator AIDS terus menyampaikan teori ini kepada publik hingga
sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah
digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan
merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas
ilmiah.
- “Pohon keturunan” filogenetik virus primata (yang hanya dipahami segelintir orang saja) ditampilkan untuk membuktikan bahwa HIV diturunkan dari virus primata yang berdiam di semak Afrika. Analisis data genetika virus ditunjukkan melalui “supercomputer” di Los Alamos, Mexico, menunjukkan bahwa HIV telah “melompati spesies’, dari simpanse ke manusia sekitar tahun 1930 di Afrika.
Catatan penting: Los Alamos
kebetulan saja merupakan sentra pembuatan bom nuklir, hasil persekutuan
mata-mata Cina, dan laboratorium tempat dilakukannya eksperimen rahasia radiasi
manusia terhadap penduduk sipil yang tidak merasa curiga. Eksperimen ini telah
dilakukan sejak tahun 1940-an hingga awal epidemik AIDS.
Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS
kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan pria gay mendaftar sebagai
manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang “disponsori
pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa
tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait
gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B
dikembangkan di dalam tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai
asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin
hepatitis B lantaran asalnya yang terkait dengan pria gay dan AIDS. Para dokter
senior masih bisa ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari
kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.
Kemungkinan besar HIV “masuk” ke
dalam tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini. Ketika itu, ribuan homoseksual
diinjeksi di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat sekitar
tahun 1980-1981.
Apakah jenis virus yang
terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS? Bagaimana dengan
program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS berkembang tak lama
setelah program vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay New York
City pada tahun 1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan.
Ada fakta yang cukup mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa
20% pria gay yang menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York
diketahui mengidap HIV positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi
penyakit “resmi’). Ini menunjukkan bahwa pria Manhattan memiliki kejadian HIV
tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk Afrika, yang dianggap
sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga menghebohkan adalah
bahwa kasus AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun
1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi
sebagai saluran tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun
hingga sekarang para ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan
vaksin tersebut.
Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS
berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya
berjangkit pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada
publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20
tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat
berjangkit pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka. HIV
tidak mendiskriminasi preferensi seksual atau ras tertentu.
Di pertengahan tahun 1990-an, para
ahli biologi berhasil mengidentifikasi setidaknya 8 subtipe (strain) HIV yang
menginfeksi berbagai orang di seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah
strain pra dominan yang menginfeksi gay di AS. Strain HIV ini lebih cenderung
menginfeksi jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita
AIDS dibandingkan non-gay
Sebaliknya, Strain HIV yang umum
dijumpai di Afrika cenderung menginfeksi vagina dan sel serviks (leher rahim),
sebagaimana kulup penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung berjangkit
pada kalangan heteroseksual.
Para pakar AIDS telah
memeberitahukan bahwa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal Strain HIV yang
umum dijumpai di kalangan pria gay nyaris tak pernah terlihat di Afrika! Bagaimana
bisa demikian? Apakah sebagian Strain HIV direkayasa agar mudah beradaptasi ke
sel yang cenderung menginfeksi kelamin gay?
Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP
(Special Virus Cancer Program) mampu mengadaptasi retrovirus tertentu agar
menginfeksi jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para ilmuwan
perang biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu
yang bisa menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”. Setidaknya
tahun 1997, Stephen O’Brien dan Michael Dean dari Laboratorium Keanekaragaman
Genom di National Cancer Institute menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang
kulit putih memiliki gen resisten-AIDS, sementara orang kulit hitam Afrika
tidak memiliki gen semacam itu sama sekali. Kelihatannya, AIDS semakin
merupakan “virus buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan
peristiwa alamiah.
Berkat bantuan media Amerika, virus
ini menyebar ke jutaan orang tertentu di seluruh dunia sebelum segelintir orang
mulai waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun 1981,
pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu
dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering
dikumandangkan media.
Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo
memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi belum pernah menemukan
satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS) dari seorang
wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo melanjutkan, “AIDS tak
akan menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi masyarakat umum.” Apakah ini
sekedar spekulasi ataukah Gallo mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan?
2. Penularan HIV
HIV hidup disemua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu:
- Darah
- Air Mani
- Cairan vagina
- Air susu Ibu (ASI)
Selain
itu, AIDS dapat menular dengan cara sebagai berikut:
- melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV
- Transfusi darah yang mengandung virus HIV
- Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang yang mengidap virus AIDS
- Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada janin yang dikandungnya.
3. HIV Tidak
Menular
Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan seseorang antara mengidap HIV dan tidak mengidap HIV yang tidak dapat
menularkan HIV yaitu sebagai berikut.
- Bersentuhan
- Berciuman, bersalaman dan berpelukan
- Penggunaan peralatan makan dan minum yang sama
- Penggunaan kamar mandi atau jamban yang sama
- Kolam renang
- Gigitan nyamuk
- Tinggal semuah
- Duduk bersama dalam ruangan tertutup
4. Perjalanan
Penyakin HIV/AIDS
Ada beberapa
fase yang akan dilalui virus HIV/AIDS untuk dapat menyebarkan virus di dalam
tubuh seseorang dengan sempurna.
a. Fase
Pertama
Fase dimana tubuh sudah terinfeksi
HIV, gejala dan tanda belum terluhat jelas, kadang kala timbul dalam bentuk
influenza, tetapi sudah dapat menulari orang lain. Fase ini dikeal dengan
periode jendela (window period)
b. Fase
Kedua
Berlangsung sampai 2-10 tahun
setelah terinfeksi HIV. Hasil tes darah terhadap HIV sudah positif tetapi belum
menunjukkan gejala-gejala sakit. Orang ini dapat menularkan HIV kepada orang
lain.
c. Fase
Ketiga
Mulai muncul gejala-gejala penyakit
terkait dengan HIV seperti,
- Keringat dingin berlebihan pada waktu malam
- Diare terus menerus
- Perkembangan kelenjar getah bening
- Flu tidak sembuh-sembuh
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan terus menurun , yaitu 100% dari berat badan awal waktu 1 bulan
- Fase Keempat
Pada fase ini kekebalan tubuh
berkurang dan timbul penyakit tertentu yang disebut infeksi oportunistik sepeti:
- Kanker kulit yang disebut dengan sarcoma kaporsi
- Infeksi paru-paru (TBC)
- Infeksi usus yang menyebabkan diare terus-menerus
- Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala, dan sariawan.
- Penurunan berat badan lebih dari 100%
Fase
ketiga dan keempat disebut dengan fase AIDS
5. Gejala-Gejala HIV/AIDS
Sejak pertama
seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya,
tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa
sehat, aktif, produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan.
Adapun gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :
- Berat badan turun dengan drastis.
- Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
- Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
- Mencret atau diare yang berkepanjangan.
- Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI SARKOM).
- Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
- Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang
dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-kelamaan akan berakhir dengan
kematian.
6. Alur HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh mempunyai system kekebalan
yang bertugas untuk melindungi kita dari penyakit apapun yang menyerang kita
dari luar. Anti bodi adalah protein yang dibuat oleh sisitem kekebalan tubuh
ketika banda asing masuk ke tubuh manusia. Bersama dengan bagian system
kekebalan tubuh yang lain, antibody bekerja untuk menghancurkan berbagai
penyebab penyakit, yaitu bakteri, jamur, virus dan sebagainya.
Sistem kekebalan tubuh kita membuat
antibody yang berbeda-beda sesuai dengan kuman yang dilawannya. Ada antibody
khusus untuk semua penyakit, termaksud HIV. Anti body khusus HIV inilah yang
terdeteksi keberadaanya ketika hasil tes HIV kita dinyatakan reaktif (positif).
Salah satu jenis antibody yang
berbeda pada sel darah putih adalah CD4. Fungsinya seperti saklar yang
menghidupkan dan memadamkan kegiatan system kekebalan tubuh, tergantung ada
tidaknya kuman yang dilawan.
HIV yang masuk kedalam tubuh
menularkan sel CD4, ‘membajak’ sel tersebut, dan kemudia menjadikannya ‘pabrik’
yang membuat miliaran virus baru. Ketika proses tersebut selesai, partikel HIV
yang baru meninggalkan sel dan masuk ke sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan
menjadikannya rusak dan mati. Jika sel-sel ini hancur atau jumlahnya berkurang,
maka system kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh kita
dari serangan penyakit. Keadaan ini membut kita mudah terserang berbagai
penyakit.
Jumlah sel CD4 dapat dihitung
melalui tes darah khusus. Jumlah normal pada orang sehat berkisar antara 500
sampai 1000. Setelah kita terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya turun terus. Jadi
kadar ini mencerminkan kesehatan system kekebalan tubuh kita, semakin rendah,
semakin rendah system kekebalan tubuh. Jika jumlah CD4 turun di bawah 200, ini
menunjukkan bahwa system kekebalah tubuh kita sudah cukup rusak sehingga
infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh kita. Ini berarti kita sudah sampia
pada fase AIDS. Kita dapat mempertahankan system kekebalan tubuh kita agar
tetap baik dengan memakai obat antiretroviral.
Untuk sementara ini, sarana tes CD4
tidak tersedia luas di Indonesia, dan biaya tesnya mahal. Karena sel CD4 adalah
anggota golongan sel darah putih yang disebut limfosit, jumlah limfosit total
juga dapat memeberi gambaran tentang kesehatan system kekebalan tubuh. Tes ini,
yang biasa disebut sebagai total lymphocyte atau TLC, harganya lebih murah dan
dapat dilaksanakan hamper disemua laboratorium.
Seperti jumlah CD4 , semakin rusak
system kekebalan, semakin rendah TLC. Pada orang sehat, TLC normal adalah
kurang-lebih 2000. Jumlah TLC 1200, ada fase dimana gejala-gejala penyakit
muncul dapat dikatakan dengan CD4 sejumlah 200.
7. Misteri Pendemi HIV/AIDS Di dunia
WHO ( World Healty Organisation)
WHO melaporkan bahwa sejak
pertengahan 1995, jumlah komulatif penderita AIDS sebanyak 20 juta. 18,5 juta
orang dewasa dengan separuhnya adalah kaum wanita, dan 1,5 juta adalah
anak-anak. 50% dari penderita AIDS adalah kaum remaja /kaum muda dalam kelompok
berusia 15-24 tahun.
Sejak 1 Januari 1996 WHO melaporkan
jumlah penderita AIDS sebanyak 41 juta HIV/AIDS didunia. Dengan 35,4 juta
remaja dan dewasa, 15,5 jutawanita, dan 5,6 juta anak-anak. Sedangkan untuk
tahun 2000 ini WHO memperkirakan jumlah HIV akan mencapai 30-40 juta dan jumlah
AIDS 12-18 juta.
Pendemi Hiv/Aids Regonal Asia
Tenggara
Pendemi HIV/AIDS regonal asia
tenggara pada tahun 1994 secara komulatif ditemukan 3745 AIDS, sedangkan sudah
diperkirakan lebih dari 2 jura dari 11 negara termasuk Indonesia, dan jumlah
tersebut akan menjadi 3,5 juta ditahun 1995.
8. Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Ada beberapa poin penting untuk
pencegahan penyebaran dan penularan HIV/AIDS tersebut, diantaranya yaitu:
- Pencegahan yang utama adalah melalui pendidikan Agama dan pendidikan seks yang benar
- Menghindari perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual
- Tidak mengkonsumsi narkoba
- penggunaan jarum suntik yang steril
- pemantauan kaum lelaki di lingkungan kerja serta perlindungan terhadap perempuan dan remaja putri
Adapun usaha-usaha yang dapat
dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya
: memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat
tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui
seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik
media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat,
agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.
9. Pengobatan HIV/AIDS
‘AIDS tidak ada obatnya!’ Ini salah!
Saat ini sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV, virus penyebab aids,di
tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini, diharapkan jumlah virus HIV akan sangat
berkurang di dalam tubuh kita. Supaya obat itu dapat bekerja secara aktif, kita
harus memakai sedikitnya kombinasi tiga obat sekaligus. Kombinasi obat ini
dikenal sebagai terapi antiretroviral atau ART. Apabila seseorang sudang
menggunakan ART , maka orang tersebut harus menggunakan ART terus menerus
seumur hidup agar tetap aktif. ART tidak dapat memberantas HIV dari seluruh
tubuh kita, jadi tidak dapat menyembuhkan dari infeksi HIV.
- Terapi Itu bekerja
Obat Antiretroviral (ART) membantu
kita dengan menghambar proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian mengurangai
jumlah virus yang tersedia untuk menularkan ke sel CD4 yang lain. Akibatnya
system kekebalan tubuh kita dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
seperti ditunjukkan oleh peningkatan jumlah sel CD4.
2. Manfaat ART
- Menghambat perjalanan penyakit HIV
- Meningkatkan jumlah sel CD4
- Mengurangi jumlah virus dalam darah
- Merasa lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan “Donor Darah Dan HIV/AIDS” di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan donor darah sangatlah penting dan merupakan sesuatu yang berdampak
positif bagi setiap orang. Persediaan donor darah dapat dipenuhi apabila
penduduk di suatu negara sadar akan pentingnya setetes darah bagi seseorang
diluar sana yang membutuhkan.
Virus AIDS ditemukan dalam cairan
sperma, cairan vagina dan pada darah, serta penularannya terjadi melalui
hubungan seksual, alat suntik narkotika, transfusi darah dan ASI. AIDS dapat
menyerang siapa saja yang melakukan perilaku yang menyebabkan AIDS (hubungan
seksual berganti-ganti, pemakai narkotika suntik, transfusi darah yang
tercemar).
Jadi, seseorang
tidak boleh mendonorkan darahnya kepada seseorang apabila dia mengidap HIV/AIDS
karena itu bukan untuk menyelamatkan malah menambah korban.
B. Saran
Mengingat pentingnya donor darah
bagi orang-orang yang membutuhkan, promosi dari PMI sendiri mengenai donor
darah sangat penting. Sosialisasi mengenai donor darah sejak dini, PMR Mula,
Madya, Wira, sangat penting untuk menunjang keberlangsungan donor darah itu
sendiri. Dan hindari perbuatan-perbuatan dan
resiko yang dapat menyebabkan HIV/AIDS, namun jangan jauhi penderita HIV/AIDS
mereka butuh kita. Agar kita dapat menyumbangkan darah kita kepada yang
membutuhkan
Itulah seluruh ringkasan materi mengenai donor darah dan HIV AIDS dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
trimakasih atas infonya...
BalasHapusminta izin copas buat tugas... sukses selalu...