Berikut ini adalah satu contoh drama
keluarga dengan 7 pemeran yang dimana menceritakan seorang ayah yang bijaksana,
dan ibu tiri yang baik serta anak-anak dengan sifat yang berbalik. Drama ini
menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Makassar :D Jadi yang di luar
Makassar, silahkan buka kamus untuk mengerti bahasanya ^^ Cobalah untuk tidak
menggunakan bahasa alay dan cintai bahasa daerah masing-masing.
Kami Semua Keluarga
Karya : St. Azizah Aulia Rahmah
>.<
Pemeran :
Deny :
Ayah
Sakinah
: Ibu kandung
Mona :
Ibu tiri
Risal :
Anak pertama dari Sakinah
Azizah : Anak kedua dari Sakinah
Dicky : Anak pertama dari Mona
Anti : Anak kedua dari Mona
Dan inilah
drama kami!!!
Dalam sebuah keluarga terdapat orangtua dengan 2 anak.
Mereka keluarga yang harmonis. Tapi kini berubah, kini hancur berantakan karena
mungkin adanya orang ketiga di dalam keluarga mereka. Sang ayah selalu telat
pulang malam. Akibatnya ayah dan ibu mereka selalu bertengkar, ini juga
berdampak pada anak mereka. Suatu hari, ayah pulang telat malam. Sang ibu marah
tidak jelas.
Deny :
marah terus, marah terus. Tidak ada kah kerja lainnya mulut ta kah selain marah
terus
Sakinah :
apa kita bilang? Kita liat baek-baek, siapa tidak marah kalo begini jadinya.
Dari awal kan saya sudah bilang
Deny
: ouh , jadi sekarang kita salahkan lagi saya, siapa yang salah ini sebetulnya
kah?
Sakinah : tau deh.
Dari jauh anak mereka, Azizah dan Risal mendengar
pertengkaran ortunya.
Azizah :
kak, malas ku deh dengar terus kie bertengkar. Tapi tidak baik juga kalo
bertengkar trus ki.
Risal : bah, (sambil baca komik)
Azizah : ouh
kakak, kau dengar jeka kah
Risal : bah
Azizah : ajarkan ka pale dulu ini, bemana
caranya.
Risal : (cuek)
Azizah : mama,
kak risal tidak mau ajarin (berteriak)
Sakinah : (sakinah datang) mana, sini mama
ajarkan.
Azizah : mama, berkelahi lagi sama papa?
Sakinah : ah, tidak ji. Sudah, belajar lagi.
Risal : dengar ki itu, belajar meko saja.
Jangan kepo
Sakinah : jangan begitu risal. Adek mu ini.
Keesokan harinya. Ayah telat pulang malam lagi, kali ini
Ibu marah besar dan hatinya sangat sakit karena merasa dicuekin. Apa sebenarnya
yang terjadi?
Deny : saya sudah capek ini, barusan pulang kerja,
Sakinah :
saya juga capek. Saya tidak tau apa yang kita bikin di luar sana sampai jam
segini.
Deny : apa saya bikin? Yah kerja lah.
Sakinah : ah, kerja terus yang kita jadikan
alasan
Deny :
setiap pulang kerumah pasti begini terus, lebih baik saya keluar saja deh.
Sakinah :
keluar meki, emangnya saya pusing. Bilang meki kalau mau ke rumah istri 2 :’(
Keessokan harinya, Deny membawa istri keduanya beserta
anaknya di rumahnya. Entah apa hal, Akhirnya Sakinah berhenti marah untuk
sementara.
Deny :
sakinah, saya mau bawa mona tinggal di rumah ini. Tapi kamu janji supaya tidak
bertengkar sama dia.
Sakinah : terserah.
Mona masuk bersama anaknya anti dan dicky
Deny : jadi ini rumah baru mu. Sakinah, mana Azizah?
Sakinah : Risal, mana adekmu?
Risal : pergi main, nda tau dimana.
Sakinah : cari ki cepat, (Risal keluar mencari
Azizah)
Mona : tidak apa-apa ji ini tinggal disini?
Sakinah : tidak apa-apa. Lagian banyak kamar
kosong kok.
Dicky : ouh, jadi di sini ki nanti tinggal?
Anti : kak, besar rumahnya di’. (tiba-tiba Risal datang)
Risal : ini Azizah eh, tidak tau dari mana, lari-lari terus
tidak mau pulang.
Sakinah : Jangan begitu Azizah, kita lagi ada
tamu.
Azizah : siapa ini pa?
Deny : Oiya, Dicky, Anti, ini sodara kalian. Azizah, risal
salaman.
Azizah : apa? Sodara?
Anti : saya anti. Ini kakak ku dicky (salaman sama azizah)
Dicky : dicky , adek tiri :D (salaman sama risal)
Risal : adek saja cukup, tidak usah pake tiri.
Dicky : jadi marah ko ini ceritanya ?
Risal : tidak tonji.
Azizah : stop,,baru datang berkelahi mi.
Dicky : kakak mu itu yang duluan.
Anti : sudah mi kak, begitu ji lagi. Ayo masuk deh
Mona : sudah, jangan ada yang berantem. Ini baru hari pertama.
Sakinah :
mona, kamar mu ada di sebelah sana. Kamu boleh sekamar sama deny.
Mona : trus kamu tidur dimana?
Sakinah : Nanti saya tidur di kamar yang
sebelahnya.
Pada saat akan makan malam, semuanya ada di ruang makan.
Dan yang memasak makanan adalah Monalisa
Risal : ma, kenapa tidak masak ki?
Sakinah : bukan saya masak
Azizah : ih, tunggu dulu. Berarti Mona yang
masak?
Deny : azizah, jangan panggil mona, mama mu juga itu.
Risal : iya ini azizah, tidak boleh begitu dek, tidaak
sopan.
Azizah : edd, kenapa ini marahi ka semua.
Salah kah. Bukan mama ku itu.
Sakinah : azizah, jangan begitu.
Dicky : eh, diam ko nah (pukul meja)
Azizah : ih kenapa meko itu kau. Tidak ada urusan
ku sama kau nah.
Dicky : iyo, tapi mama ku itu.
Azizah : mama mu, bukan mama ku. :p
Anti : kak Azizah, sudah mi. Jangan meki berteriak.
Azizah : diam ko juga, tidak ada juga urusan
ku sama kau. Sama Dicky ji.
Risal : mama mu juga itu azizah
Dicky : weh, apa hak mu nah marahi adek ku
Azizah : tidak ada urusan ku sama adek mu
nah.
Dicky : iya, tapi jangan meko bentak ki adek ku
Azizah :
kenapa kah, adek mu duluan. mau ko pukul ka, mentang-mentang kakak situ.
Dicky :
jaga mulut mu.
Deny :
kenapa kah ini, berkelahi mi seng. Azizah, diam meki. Duduk meki saja.
Mona akhirnya membawakan makanan
Azizah : edd, malas ka makan deh.
Sakinah : Azizah, duduk kembali. Kenapa kasar
sekali.
Mona :
Azizah, kenapa? Tidak suka yah sama makanannya? Azizah mau makan apa? Nanti
mama masakkan
Azizah :
stop. Saya tidak mau makan masakan mu.
Mona :
trus azizah mau makan apa?
Azizah :
azizah tidak mau makan.
Mona :
stop, jangan banyak bicara. Makan saja apa yang ada. (membentak)
Azizah :
kau tidak ada hak memarahi ku.
Sakinah :
mona, cukup. kau tidak bisa bicara seperti itu kepada putri ku.
Deny :
azizah, tidak boleh begitu. Dengarkan papa dulu.
Azizah : untuk
apa saya dengarkan. Kenapa papa membawanya kesini. Ayah tidak memikirkan
perasaan kita. Perasaan mama.
Deny :
papa tahu
Azizah :
jika ia, kenapa papa membawanya kesini. Papa bohong
Deny :
Azizah !!!
Risal : azizah, kembali ko sini.
Mona : risal sudah mi,
biarkan saja.
Setelah makan malam, ternyata azizah sangat benci kepada
keluarga Mona dan anaknya. Karena azizah merasa dia akan pisahkan oleh papanya.
Azizah tidak menginginkan punya saudara tiri. Pada Pagi hari. Hari minggu.
Anti : (menyapu)
Azizah : ih, tidak bersih ini. Kasi bersih
ki. Marah nanti mama ku.
Anti : ie kak.
Azizah : kasi bersih nah, awas ko.
Risal : apa mu bikin itu azizah ? (tarik Azizah)
Azizah : ini anti eh, tidak bersih cara menyapunya.
Malas ku liat ki.
Risal :
kau itu, marahi trus anti, sana masuk belajar. Anti sudah mi itu, bersih mi.
Kalo sudah menyapu istirahat mi saja.
Anti :
iye kak. (pergi meninggalkan mereka)
Azizah :
eh, mau ko pergi mana. Disana belum kau sapu. (menarik anti)
Anti :
sudah mi kak.
Azizah :
belum pi bersih
Risal :
azizah, sudah mi. Anti masuk meko saja.
Anti :
terimakasih kak. (pergi)
Anti pergi meninggalkan ruang tamu. Di ruang tamu, Risal
memarahi Azizah
Azizah :
bela mi itu terus anti. Cuekin meka. Salahkan terus meka. Memang ji saya yang
selalu salah. Bukan jeka juga adek mu sekarang.
Risal : kenapa meko itu, kasar sekali sama anti. Saudara mu
itu.
Azizah :
bukan saudara ku itu. Apalagi kakaknya yang namanya dicky itu, bukan juga kakak
ku itu. Siapa itu mona, tidak kenal. Kenapa kah harus ada keluarga begituan di
sini.
Risal : mulut mu cewek.
Azizah : memang cewek ka, sapa bilang cowok.
Risal :
kenapa kau kasar sama mereka?
Azizah :
kenapa kakak tidak mengerti? Dia mau menjauhkan kita dengan papa. Mama papa
sudah cerai, itu artinya papa bisa nikah dengan siapa saja, bahkan dia.
Azizah pergi meninggalkan Risal. Di saat yang bersamaan,
Sakinah, mona dan deny sedang bicara.
Deny :
sakinah, kenapa mi itu anakmu risal sama azizah selalu sekali berkelahi.
Sakinah : tidak tau. Padahal dulu akur ji.
Mona :
mungkin karena saya ada di sini sama anak ku. Sakinah, saya minta maaf soal
kejadian tadi malam
Sakinah : ia, tidak apa-apa. selalu memang
begitu. Maklum anak-anak.
Mona : anti juga sama dicky selalu begitu. Tapi anti selalu
mengalah.
Deny :
aih, andaikan azizah bisa kayak anti, yang mengalah, mungkin baik-baik ini
keluarga.
Mona : diusahakan toh.
Sakinah : bagaimana kalo kita bikin semuanya
akur.
Deny : ide bagus itu.
Sementara Deny Mona dan Sakinah merencanakan sesuatu agar
anak-anak mereka dapat akur semua walaupun mereka saudara tiri, anti belajar
bersama risal. Dan dicky melihatnya.
Risal :
anti, minta maaf ka soal yang tadi pagi nah, yang na marahi-maarahi ki azizah.
Anti :
ie kak, tidak apa-apa ji. Kan kakak ku ji juga itu. Mungkin tidak bersih cara
ku menyapu jadi na marahi ka.
Risal :
jangan kasi masuk dalam hati nah perkataannya azizah. Tidak tau kenapa keras kepala
sekali itu anak. Suka mi marah-marah. Padahal dulu tidak begitu ji.
Anti : iye kak. Tidak ji. Tapi, bagaimana ini kak. Ajar ka
dulu.
Risal : di kasih begini (mengajar)
Dicky : apa mu bikin itu nah. (tiba-tiba datang)
Anti : belajar ka kak, sama kak risal. Mau ki ikut?
Dicky :
ouh, begitu. Berubah meko sekarang anti di’. Mulai meko dekat sama risal
(marah)
Risal :
kenapakah, kan sekarang keluarga meki toh. Saudara jeki juga, jadi wajar. Ada
yang salah?
Anti : ia kak, saudara jeki juga.
Dicky :
eh, diam meko kau. Tidak ada yang suruh bicara nah. Kenapa ko belajar disini,
sana masuk di kamar mu sendiri belajar.
Risal : kenapa kah kau larang anti belajar sama saya.
Dicky : diam meko kau, saya kakaknya anti.
Risal : kakaknya jeka juga anti.
Dicky : bukan ko kakaknya.
Anti : kak, sudah mi.
Dicky : masuk meko kau saja. (anti masuk dalam kamarnya)
Risal :
saya tau kalo kau kakak daripada saya, tapi menurutku kau bukan kakak, karena sifat mu kekanak-kanakan.
Kau sama saja azizah. Keras kepala.
Dicky :
jangan kau samakan saya sama adek mu itu. Mama saja beda. Cantik pi mama ku,
daripada kau pendek, kecil, ...
Risal : (berkelahi)
Dicky : sudah mi deh, tidak ada gunanya.
Dicky kemudian pergi setelah berkelahi sama risal. Dicky pergi
ke taman dan kemudian Deny Mona dan Sakinah menghampirinya.
Deny : ku dengar dari anti, kau berkelahi sama risal ?
Dicky : dia duluan pak. Na tampar ka.
Deny : ia, karna kau larang ki ajar ki anti.
Dicky :
memang, anti juga salah kenapa belajar sama risal, apa guna ku jadi kakaknya.
Mona :
eh, tidak boleh begitu. Risal kakaknya juga Anti.
Sakinah :
dan kau juga kakaknya Risal. Kau saudara semua itu.
Dicky :
iye ma.
Deny :
sudah mi, kau sebagai kakak tertua di keluarga ini, harus jadi contoh. Wajar
kalo kalian masih bertengkar karena kalian masih baru. Tapi asal kamu sadar,
Papa sama Mama mu dan Sakinah sudah akrab. Bahkan bisa menerima satu sama lain.
Kamu harus bisa jadi kakak yang baik. Lagian risal juga anaknya baik. Dia
selalu berusaha agar dapat akrab dengan kamu dan anti, tapi hanya kamu yang
terlalu negatif sama dia. Contohnya dia sama anti. Dia bisa akrab, kenapa kamu
tidak? Mulai besok kamu harus berubah, cobalah akrab dengan azizah dan risal.
Dicky :
iye, itu dia masalahnya, kalo sama risal kayaknya gampang tapi sama azizah
kayaknya susah.
Deny :
dari itu lah kau harus bisa tunjukkan kalo kau kakak yang baik, kenapa tidak
coba kerjasama dengan risal.
Sakinah :
azizah memang keras kepala, tapi cobalah nasehati sebagai kakaknya.
Mona :
Besok harus minta maaf sama Azizah n Risal
Dicky : iye
Deny : bagus.
Dicky : iye. Masuk ka pale di kamar ku dulu.
Setelah berdiskusi, akhirnya dicky bisa terima keadaan
keluarganya sekarang. Sekarang dia harus jadi kakak yang baik. Pada pagi hari, saat
mau kesekolah.
Dicky : risal , mau ko sekolah ?
Risal : iya, kenapa?
Dicky : sama ki nah.
Risal : tumben.
Dicky :
minta maaf ka soal yang tadi malam nah. Tapi sekarang sadar ka, memang kita
keluarga walaupun beda mama.
Risal : bah, saya juga minta maaf ka karena tampar ko tadi
malam.
Dicky :
tidak masalah ji itu. Itu mi yang bikin sadar ka. Kalau begitu ayo sama-sama ke
sekolah, tunggu juga anti sama azizah.
Risal : Azizah .... Azizah ... Lama mu ... (berteriak)
Azizah : woy, ada ma.
Anti : yehh, sama ki ini pergi sekolah. (ambil tas)
Azizah :
apa? Sama ke sekolah, sama dicky sama anti. Teja. Kau juga, tasnya siapa itu
kau ambil
Anti :
tas ku ji kak
Azizah :
tas ku ini. (berkelahi rebutan tas)
Sakinah :
ehh,,, sudah mi. Tas ji lagi. Mengalah ko azizah, Kasi mi itu Anti.
Azizah :
kalo begitu, pergi sendiri ma pale sekolah deh
Dicky : tidak boleh, harus sama-sama.
Risal : betul itu.
Azizah : ih, apa ini kak risal ikut-ikutan.
Sapa ko nah atur-atur ka.
Dicky : saya kakak mu.
Azizah : bukan ko kakak ku.
Dicky :
sudah mi, kah saudara ki semua. Masa tidak bisa akur. Berubah meki dek, tidak
baek orang kalo marah-marah trus.
Azizah :
jangan ceramahi ka, tidak saya suka.
Dicky :
ia tidak ji. Tapi minta maaf ka nah. Kemarin saya marah-marahi ki
Azizah :
kau pasti sudah hasut kakak ku toh
Risal :
azizah, jangan begitu dek. Dicky mau minta maaf. Maafkan mi tawwah
Anti :
ia kak, baekan meki. Tidak baek bertengkar terus. Minta maaf ka juga
Azizah :
Teja
Deny, dan Mona datang.
Deny : apa ini, pagi-pagi ribut mi.
Mona : kenapa ini risal.
Risal : ini azizah tidak mau pergi sekolah sama-sama.
Anti : mau pergi sekolah sendiri
Dicky : tidak mau ka juga na maafkan.
Azizah : tidak mau jeka memang
Sakinah :
tidak boleh begitu. Kalian semua saudara, jadi harus sama-sama. Walaupun
keadaannya kalian saudara tiri
Mona :
betul itu, lagian azizah, kamu mau sama siapa kalau bukan sama mereka. Dicky
saja bisa akrab sama Risal, kenapaa kamu tidak. Tidak selamanya keluarga tiri
jahat seperti yang ada di film. Jadi kalian harus berbaikan mulai dari sekarang
Deny :
azizah, jangan begitu. Tidak boleh begitu sama dicky. Kakak mu itu. Tidak
pernah ayah ajarkan kasar sama orang lain toh. Apalagi sama saudara sendiri.
Jangan begitu lagi nah, berubah ki nah.
Azizah :
iye pa. Tapi tas ku itu na pake anti.
Deny :
pake mi dulu yang lain, nanti papa belikan yang lain, yang baru, cantik, bagus
sekali. Nanti papa juga belikan boneka
Azizah :
iye nah pa. Janji ki itu
Deny :
iya
Anti : ayo mi pale pergi sekolah. Jam 7 mi, nanti
terlambat.
Mereka pun pergi kesekolah naik mobil bersama. Tak lupa
mereka salam kepada orang tua mereka. Dalam endingnya akhirnya keluarga Deny
kembali seperti semula, aman damai dan tentram walaupun dia punya 2 istri. Deny
selalu adil kepada semua anggota keluarganya. END
Tweet
0 komentar:
Posting Komentar